Assalamualaikum
warahmatullah wabarkatuh
Alhamdulillah, wash-shalatu was-salamu
ala Rasulullah wa ala alihi wa sahbihi wa man walah. Ashadu an la illaha illah
wahduhu la syarikalahu wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa Rasulullah la nabyya
ba’dah wa’ ba’du.
Sesungguhnya dakwah adalah tugas yang
aman mulia. Tugas warisan para nabi dan Rasul alaihimusalam. Allah menegaskan
bahwa tidak ada perkataan yang lebih baik daripada menyeru kejalan Allah:
“Siapakah yang lebih baik perkataanya
daripada orang yang berdakwah kepada Allah, mengerjakan amal sholeh dan
berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Fushilat:
33)
Orientasi dakwah para rasul adalah
takwa. Setiap rasul mengajak kaumnya agar bertaqwa kepada Allah. Dakwah menuju
ketaqwaan tentu saja akan mendapat sambutan, baik dari orang yang menjaga
kesucian fitrahnya, yang menghormati akalnya,
yang mempertahankan eksistensi kemanusiaannya, dan yang lebih penting
lagi dari orang-orang yang menyadari saipa dirinya, dari manadan hendak kemana.
Hanya orang-orang seperti itulah yang akan mengenal Allah yang maha pencipta
dan mahakuasa. Orang-orang sperti itu pulalah yang akan merncintai dan
memperjuangkan kebenaran yang bersumber dari nilai-nilai Rabbaniyah.
Tapi jangan lupa, kendati banyak orang
yang menyambut dakwah pada ketaqwaan, banyak pula komunitas yang menentangnya
bahkan Al Qur’an mengatakan bahwa “sebagian besar umat manusia tidak
mengetahuinya.” (Yusuf: 40).
Komunitas yang menentang dakwah akan
berusaha terus menerus menggagalkan dengan segala macam cara, baik dengan cara
yang halus maupun cara yang kasar. Baik dengan bujukan, rayuan, iming-iming dan
segala macam kesenangan duniawi; maupun dengan ancaman, tekanan, siksaan, dan
tindak kekerasan lainnya. Para aktivis yang teguh, tegar dan istiqomah akan
tetap tsabat: tak terbujuk oleh rayuan
dan tak mundur oleh ancaman. Sikap itulah yang dicontohkan imam seorang aktivis
dakwah, yaitu Rasulullah SAW.
Bukankah beliau dengan tegas menjawab
salah seorang Quraisy yang akan mengangkat belaiu jadi raja, atau dijadikan
orang terkaya, atau menyuplai dengan wanita-wanita cantik asalkan bersedia
menghentikan dakwahnya, tapi Rasulullah menjawab, “paman, demi Allah. Kalaupun mereka meletakan matahari di
tangan kananku dan melatakan rembulan ditangpkiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan tugasku
ini; sungguh tidak akan aku tinggalkan, biar nanti Allah yang akan membuktikan
kemenangan itu ditanganku, atau aku binasa karenanya.” Itulah jawaban kontan
yang memberikan peluang kepada musuh-musuh Allah untuk melakukan tawar-menawar
(bargaining).
Rasulullah SAW dan para sahabat R.a
tidak pernah berhenti dan mundur dalam berdakwah karena mendapatkan tantangan
dan hambatan. Bentuk tekanan, siksaan dan tindak kekerasan apalagi yang belum
pernah dirasakan oleh Rasulullah dan para sahabat beliau? Tetapi mereka tetap
tegar, konsisten, istiqomah, tsabat, karena itulah salah satu unsur kemenangan
seperti yang di firmankan Allah subhanah wata’ ala “hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu memerangi
musuh, maka berteguh hatilah kamu… (Al
Anfal: 45).
Sebelum menghadapi kendala eksternal
seperti yang disebutkan diatas, seoarang aktivis harus sudah tuntas
permasalahan internalnya, baik berupa persiapan pengetahuan dan wawasan yang
baik, stamina fisik yang kuat, kekeuatan rohani yang baik, masalah keluarga,
masalah ekonomi. Dan hal ini bisa berdampak dalam dakwah apabila hal ini saja
belum selasai, bukankah faqidusy syai- la yu’tihi- orang yang berpunya tidak
bisa memberi.
Ayyuhal ihkwah wahai para aktivis
dakwah, ditangan kitalah harapan islam diletakan. Harapan agar islam menampakan
jati dirinya sebagai rahmat bagi semesta alam. Harapan agar islam menjadi
kenyataan keseharian ditengah kehidupan masyarakat, tanpa ada fitnah dalam
agama. Harapan agar islam memimpin peradaban. Untuk itulah dakwah terus kita
lakukan, untuk itulah kebenaran terus kita perjuangkan, untuk itulah perjuangan
senantiasa kita tunaikan. Hanya yang mampu tegar dijalan dakwah, akan dapat
merasakan kenikmatan perjuangan. Berbagai hambatan dirasakan sebagai kenikmatan
dalam beraktivitas, menambah dinamika pergerakan. Mereka tidak gentar
menghadapi tantangan, sebab telah diyakini bahwa Allah akan menolong aktivis
dijalannya. Bisa jadi mereka tak punya apa-apa, namun mereka paham bahwa mereka
masih memiliki Allah dalam dada mereka.
Hanya yang mampu yang mampu tegar
dijalan dakwah, akan mendapat kemuliaan (izzah). Hanya mereka yang tegar
dijalan dakwah yang memiliki optimisme dalam perjuangan, sesuatu yangamat mahal
saat ini. Terlalu banyak kaum muslimin yang pesimis terhadap masa depannya
sendiri. Ia tidak memahami bahwa masa depan pasti ditangan islam. Perasaan
cemas dan serba khawatir akan senantiasa menghantui orang-orang yang terlibat
dalam gerakan dakwah islam. Inilah saat yang tepat, untuk mengabadikan diri
kita secara total kepada Allah dalam sebuah gerakan perjuangan mengemban
misi-misi islam. Waktu akan terus berjalan, tanpa peduli, menggilas dan
meninggalkan mereka yang masih suka bersantai menyibukan diri dalam
kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat bagi kehidupan abadinya. Jadilah kader
yang senantias jaga, tidak lalai dan lengah. Allah berfirman ” laki-laki yang tidak dilalaikan oleh
perniagan dan tidak (pula) jual beli dari mengingati Allah, dan (dari)
mendirikan sholat, dan dari membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari
yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (An-Nur: 37)
Saatnya telah tiba, memperbaiki
persiapan-persiapan, kemudian melangkah secara pasti dimedan dakwah yang penuh
tantangan. Raih masa depan yang gilang gemilang. Rajut peradaban yang berkilau
cemerlang.
La
tahzanu wala tahkafu. Innallaha ma’ana!
Allahu
Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
No comments:
Post a Comment