Sunday, October 27, 2013

Berat Itu Di Awal, Selanjutnya...Biasa Saja


 Islamedia - Saat pertama kali belajar menyusun menu di mata kuliah Gizi Dalam Daur Kehidupan(GDDK) sungguh dibuat kalang kabut bagaimana tidak harus menyeimbangkan menu yg angka-angkanya nol koma dalam jumlah yg pas brp karbohidrat protein lemaknya. Alhasil dibikin pusing begadang tiap malam sampai mata kuyu. Ketakutan itu blm berakhir krn akan dibuktikan ketika nanti ujian bakal menggarap soal yg sama, tp dalam waktu hanya 2 jam alias 120 menit.  
Bukan namanya belajar, tiap pekan kami dijejali tugas yg sama yaitu menyusun menu. Pekan pertama memang sangat ngosngosan selanjutnya lama-lama mjd konsumsi wajib, bergelut dg yg namanya DKBM(Daftar Komposisi Bahan Makanan).

Semester 2 kita br mendapat mata kuliah tsb, ternyata 4 semester berikutnya sdh menjadi konsumsi wajib makul-makul yg berisikan menyusun menu. Sampai2 yg tidak begitu shabar pilihan akhirnya tidak milih penjurusan untuk dietetik(dietition), tapi gizi masyarakat alias nutritionist.

Meski demikian tetap saja praktikum rumah sakit tdk bs dihindarkan dari yg namanya susun menyusun menu. Hiks padahal di RS lebih harus hati-hati karena pasiennya nyata, org sakit beneran. Bisa-bisa malpraktek kalo salah ngasih preskripsi diet. Meski demikian kami tetap percaya diri karena apa?. kita sdh berlatih 4 semester sebelumnya dan sudah biasa.

Begitulah dalam kenyataannya kita selalu merasa berat untuk mengawali padahal jika sudah biasa akan terasa enteng bahkan dikatakan ahli(profesional). Benarlah jika ada kata pepatah ala bisa krn biasa. Bisa itu soal waktu, bukan melulu kecerdasan. Karena kecerdasan yg tdk diimbangi dg konsistensi perbuatan juga bisa pudar.

Sama-sama berumus carbon, arang itu hitam tapi intan itu bs jd perhiasan krn apa dibakar dalam tekanan bersuhu tinggi. Demikian juga besi dan baja, baja lebih mengkilat dan kuat karena lebih banyak tempaan.

Membiasakan kebaikan awalnya sulit makanya harus usaha keras untuk menerjang kesulitan itu. Diantaranya bergaul dg lingkungan atau orang-orang yang baik. Secara tidak langsung kita akan dipaksa baik. Jika kita tidak keluar dari jalan yang dituju insyaAllah menjadi seperti apa yang kita citakan

Membiasakan diri membaca Al Quran tiap hari satu juz awalnya susah tapi kalo niat kita kuat insyaAllah dimudahkan olehNya. Yang penting biasakan dulu memegang dan membaca Al Quran tiap hari. Percayalah lama-lama ada sesuatu yg hilang, ada perasaan yg tidak enak jika tidak membacanya meski hanya selembar.

Jika sudah konsisten tingkatkan lagi target hariannya. Tak terasa lama-lama biasa, bahkan bisa membaca lebih banyak.

Oh ya kita harus punya cita-cita yang lurus dan tinggi di depan Misal "harus bisa hafal 30 juz" jd meskipun pd akhirnya blm sampai hafal 30 juz setidaknya kita sdh bs membaca Al Qur an dg tahsin dan Tartil. Karena modal yg harus dipenuhi untuk bisa hafal Al Qur an adalah bacaan yg tahsin.

Bagaimana untuk bisa itu semua? Tentu belajar dan ikutlah halaqoh Qur an, serta bershabar didalamnya.

Akhir kata teruslah memanah rembulan jikalau  takpernah sampai, tapi pastikan anak panah mengenai bintang.

*quote nostalgia kuliah dikampus putih(kesehatan) dilanjutkan di kampus Al Qur an:)
**salam takzim untuk seluruh dosen dan para asatidz asatidzah yg menginspirasi
Anindya Sugiyarto

Source : Islamedia