Tuesday, March 18, 2014

Wanita Dambaan Surga Muhammad Syafi’ie el-Bantanie by : Suci




Apa Itu Surga?
# Pengertian Surga
Surga, dalam Al-Qur’an disebut dengan jannah (dalam bentuk mufrad atau tunggal) dan jannat (dalam bentuk jamak), yang secara bahasa berarti kebun atau taman. Yang dimaksud dengan surga ialah sebuah tempat di kehidupan akhirat yang begitu indah dan memesona.
Dalam sebuah hadits Qudsi
“Allah berfirman, ‘Aku telah menyediakan bagi hamba – hamba-Ku yang saleh sesuatu (surga) yang belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terlintas dalam benak manusia’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bukan hanya indah dan memesona, surga juga sangat luas.
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang yang bertakwa.” (QS. Ali-Imran: 133)
Penghuni surga memperoleh apa saja yang diinginkannya. Segalakenikmatan ada disana.
“Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang – senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan pasangan – pasangannya berada di tempat – tempat yang teduh, bersandar di atas dipan – dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah – buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan.” (QS. Yasin : 55 – 57)
# Tingkatan Surga
Ada surga tingkatan para nabi, para aulia, shiddiqin, syuhada, shalihin, dan seterusnya.
QS. Al-Ghasyiah: 10
QS. Al-Ankabut: 58 – 59
QS. Ar – Rahman: 62
# Nama – nama Surga
1.      Surga Firdaus (QS. Al – Kahfi: 107 – 108)
2.      Surga ‘Adn (QS. Al – Bayyinah: 7 – 8)
3.      Surga Na’im (QS. Luqman: 3 – 9)
4.      Surga Ma’wa (QS. As – Sajdah: 19)
5.      Surga Darussalam (QS. Al – An’am: 126 – 127)
6.      Surga Maqamul Amin (QS. Ad – Dukhan: 51 – 54)
7.      Surga Khuld (QS. Al – Furqon: 15)
Siapakah Wanita Dambaan Surga???
Hanya wanita – wanita yang memiliki karakter istimewa yang menjadi dambaan surga. Surga sangat merindukan sosoknya. Karena ia memiliki kepribadian mulia yang membedakannya dengan wanita lain. Dialah wanita salehah. Ia akan menjadi bidadari bermata indah di surga.
Karakteristik Wanita Solehah
-          Mendirikan Shalat
Wanita salehah meyakini dan menyadari bahwa shalat adalah ibadah yang istimewa. Shalat merupakan ibadah yang harus ditunaikan di mana pun dan kapan saja, tidak bisa ditinggalkan dalam kondisi apa pun. Karena itu, wanita salehah senantiasa menjaga shalatnya. Ia tidak suka menunda – nunda shalat jika telah tiba waktunya. Karena hal itu temasuk melalaikan shalat dan diancam oleh Allah SWT dalam Qur’an Surah Al-Ma’un: 4 – 5.
Wanita salehah tidak hanya sekedar mengerjakan shalat, tetapi juga mendirikan shalat. Mengerjakan shalat berarti sebatas melaksanakan shalat, sementara nilai – nilai yang terkandung dalam shalat tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Sedangkan, mendirikan shalat berarti melaksanakan shalat dan mengaplikasikan nilai – nilai yang terkandung dalam shalat dalam kehidupan sehari – hari.
-          Membayar Zakat (Harta)
Selain mendirikan shalat, wanita salehah juga akan membayar zakat dari harta yang dimilikinya jika hartanya itu telah memenuhi syarat wajib zakat.
(QS. Al-Baqarah: 43, 227)
(QS. At – Taubah: 103)
-          Berpuasa
-          Menutup Aurat
Rasulullah saw mengingatkan,
“Perempuan itu aurat. Apabila keluar rumah, apabila ia keluar rumah, maka berdirilah setan kepadanya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
“ada dua golongan ahli neraka yang belum pernah saya lihat. Pertama, kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang (yakni para penguasa yang zalim). Kedua, perempuan yang berpakaian tapi telanjang, yang berbuat maksiat dan menarik orang lain untuk berbuat maksiat. Rambutnya sebesar pungguk unta. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium wanginya. Padahal, wangi surga itu tercium sejauh perjalan yang amat panjang.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, wanita salehah senantiasa menutupi tubuhnya dengan pakaian dan jilbab yang sesuai dengan tuntunan Al – Qur’an dan Hadis, yaitu sebagai berikut.
1)      Menutup seluruh tubuh selain yang dikecualikan
Aurat wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak dan punggung tangan.
(QS. Al – Ahzab: 59)
(QS. An – Nur: 31)
2)      Bukan berfungsi sebagai perhiasan
3)      Kainnya harus tebal, tidak transparan
“Sesungguhnya Asma binti Abu Bakar masuk ke rumah Rasulullah dengan mengenakan pakaian yang tipis, maka Rasulullah berpaling darinya, lalu beliau bersabda, ‘Wahai Asma, sesungguhnya wanita yang telah baligh (haid) tidak diperkenankan untuk dilihat dirinya kecuali ini dan ini dengan mengisyaratkan (menunjuk) pada wajah dan telapak tangannya.” (HR. Abu Dawud)
4)      Longgar, tidak ketat sehingga tidak menggambarkan lekuk tubuh
5)      Tidak diberi wewangian atau parfum
“Siapa pun perempuan yang memakai wewangian. Lalu, ia melewati kaum laki – laki agar menghirup wanginya, maka ia telah berzina (zina indra penciuman), begitu pula setiap mata yang memandangnya.” (HR. Tirmidzi)
Namun, Islam agama yang arif dan bijaksana. Bagi wanita yang memiliki masalah bau badan, diperbolehkan mengenakan wewangian sekadar untuk menghilangkan bau badan tersebut agar tidak mengganggu orang disekitarnya.
6)      Tidak menyerupai pakaian laki – laki
“Rasulullah melaknat laki – laki yang menyerupai pakaian wanita dan wanita yang menyerupai pakaian laki – laki.” (HR. Abu Dawud)
7)      Bukan pakaian untuk mencari popularitas
Libas syuhrah (pakaian untuk mencari popularitas) adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk memperoleh popularitas (gengsi) di tengah – tengah orang banyak, baik pakaian tersebut bernilai mahal yang digunakan untuk pamer, maupun pakaian itu bernilai rendah yang digunakan untuk menunjukkan kezuhudan (tidak tamak terhadap dunia) dengan niat riya’
“Barang siapa mengenakan pakaian syuhrah (pakaian untuk mencari popularitas) di dunia, niscaya Allah akan mengenakan pakaian kehinaan pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api neraka.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
-          Menjaga Pergaulan
Cara Islam mengatur hubungan antara wanita dan pria dalam pergaulah:
1)      Menjaga pandangan (QS. An – Nur : 30 – 31)
2)      Larangan berdua – duaan dengan yang bukan mahram.
Mahram adalah orang – orang (laki – laki atau perempuan) yang haram dinikahi selama – lamanya seperti bapak dan ibu, kakak dan adik kandung, atau paman dan bibi. Sedangkan, pria atau wanita bukan mahram adalah setiap pria atau wanita yang boleh dinikahi secara mutlak sekalipun masih kerabat, seperti saudara sepupu.
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia berdua – duaan dengan wanita yang tidak didampingi mahramnya, sebab jika demikian setanlah yang menjadi pihak ketiga.” (HR. Ahmad)
-          Menjaga Lisan
Wanita salehah sadar betul bahwa kemuliaannya terletak pada kemampuannya menjaga lisannya. Ia juga senantiasa menghindarkan dirinya dari sifat – sifat tercela yang bersumber dari lisan. Sifat tercela tersebut:
1)      Dusta
Rasulullah saw., telah memberitahukan kepada para sahabat tentang dosa besar, diantaranya ialah perkataan dusta, sebab dusta merupakan sumber segala kesalahan. Orang berdusta akan terus berdusta untuk menutupi kebohongan – kebohongannya agar tidak terbongkar, begitu seterusnya.
“Tanda – tanda orang munafik itu ada tiga; apabila berkata selalu berdusta, apabila berjanji selalu tidak ditepati, dan apabila dipercaya selalu khianat.” (HR. Bukhari – Muslim)
Qs. An – Nahl: 105
2)      Mengejek dan mengolok - olok
QS. Al – Hujurat : 11)
QS. Al – Ahzab: 70
“Sudah cukup kejelekan ada pada seseorang bila ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim)
3)      Namimah (fitnah atau mengadu domba)
Namimah adalah menyebarluaskan perkataan atau berita yang dapat mengadu domba diantara manusia yang tujuannya untuk merusak dan memutuskan tali persaudaraan mereka.
“Seburuk – buruk hamba Allah adalah orang yang berjalan ke sana kemari dengan mengadu domba, memecah belah antara kekasih, yang menginginkan kebinasaan pada orang – orang yang tidak bersalah padanya.” (HR. Ahmad)
4)      Ghibah
Rasulullah saw., telah menjelaskan makna ghibah dalam sabdanya berikut ini, “Tahukah kamu apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Engkau menyebut – nyebut tentang saudaramu apa yang tidak disukainya.” Ada yang bertanya,”Bagaimana bila apa yang kukatakan benar terjadi pada saudaraku (orang tersebut)?” Beliau bersabda, “Apabila yang kamu katakan benar terjadi pada dirinya, maka kamu telah berbuat ghibah kepadanya. Dan, apabila apa yang kamu katakan tidak terjadi pada dirinya, maka kamu telah membuat kebohongan pada dirinya.” (HR. Muslim)
-          Memiliki Sifat Malu
“Sesungguhnya malu itu sebagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)
QS. Al – Furqon: 43 – 44

-          Berbakti pada orang tua
QS. Al – Isra: 23 – 24
QS. Lukman: 14 – 15

-          Berbakti pada suami
Kewajiban istri terhadap suami
1)      Menaaati suami
“Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan menaati suaminya, maka akan dikatakan kepadanya, ‘Masuklah ke dalam surga dari pintu mana yang kamu kehendaki.” (HR. Thabrani dan Ibnu Majah)
2)      Tinggal di tempat suami
QS. Ath – Thalaq: 6
3)      Menjaga harta suami
“Sebaik – baik wanita ialah bila engkau pandang, dia menyenangkan; bila engkau perintah, dia menaati; dan bila engkau tidak ada, dia menjaga hartamu dan kehormatannya.” (HR. Nasa’i)
4)      Berterima kasih dan berdoa untuk suami
“Allah tidak akan memperhatikan wanita yang tidak mau berterima kasih kepada suaminya, sementara dia masih membutuhkannya.” (HR. Hakim)
5)      Mengelola rumah tangga dengan baik
Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
6)      Menyenangkan perasaan suami
7)      Berdandan untuk suami
8)      Tidak membuka rahasia suami
“Sesungguhnya seburuk – buruk derajat manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah laki – laki yang menyebarluaskan aib istrinya dan istri yang membuka aib suaminya, lalu masing – masing membeberkan aib pasangannya.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Peran Wanita Salehah
Ada tiga peran besar yang harus dapat dijalankan dengan baik oleh setiap wanita muslim.
1)      Pendidik Utama
Wanita adalah pembangun sebuah masyarakat kecil yang bernama keluarga. Baik atau buruknya kepribadian seseorang banyak bergantung pada didikan ibunya karena iblah yang menyemaikan karakter baik atau buruk di antara putra – putrinya.
2)      Pendamping Hidup
Salah satu ciri wanita yang kurang kuat imannya adalah kesukaannya bermegah – megahan. Sifat demikian itu dapat mengguncangkan fondasi keluarga dan menjerumuskan suami pada perbuatan yang melanggar ajaran agama, seperti mencuri, menipu, dan korupsi guna memenuhi tuntutan istrinya.
Wanita salehah tidak akan menuntut yang macam – macam dari suaminya. Ia menyesuaikan keinginan – keinginannya dengan kemampuan suaminya. Hal ini akan menimbulkan keseimbangan dalam keuangan keluarga dan pada gilirannya akan menimbulkan keseimbangan perekonomian masyarakat dan negara.
Wanita salehah akan mampu memerankan dirinya sebagai pendamping yang baik bagi suaminya.
3)      Tiang Negara
Wanita yang tidak dapat menjalankan perannya sebagai pendidik utama dan pendamping hidup yang baik, berarti ia juga telah gagal menjalankan perannya sebagai tiang negara. Bahkan sebaliknya secara tidak langsung ia telah meruntuhkan negaranya.
Imam syafi’i berhasil menjadi salah satu imam mahzab fikih, yang sampai sekarang banyak diikuti oleh mayoritas umat Islam Indonesia dan umat Islam lainnya, karena bimbingan dan didikan ibunya. Begitu juga dengan Syaikh Abdul Qadir Al – Jailani sukses mencapai derajat wali qutub karena didikan ibundanya yang juga bernama Fathimah.
Rumah tangga akan kokoh jika di dalamnya ada bidadari, yaitu seorang wanita salehah yang telaten mendampingi suaminya dan mendidik putra – putrinya dengan akhlakul karimah (akhlak terpuji).

Nikmat dan Karunia bagi Penghuni Surga
QS. Al – Fajr: 27 – 30
QS. Yanin: 58
-          Kebun, Tanaman dan Buah – buahan di Surga
QS. Ar – Rahman: 48, 54, 68
QS. Al – Waqiah: 28 – 29, 32 – 33
-          Gedung dan Istana di Surga
QS. Al – Furqon: 10
QS. Al – Insan: 20
-          Pasar di Surga
“Anas ra., meriwayatkan bahwa Rasulullah saw., bersabda, ‘Sesungguhnya di surga ada pasar yang didatangi oleh para penghuni surga setiap hari jum’at. Maka, setiap angin selatan mengenai wajah dan pakaian mereka, tiba – tiba mereka berubah bertambah rupawan, sehingga ketika mereka kembali ke tempatnya disambut oleh keluarganya dan dikatakan, ‘Demi Allah, kamu bertambah rupawan.’ Jawab mereka, ‘Demi Allah, kamu juga bertambah anggun dan cantik.’” (HR. Muslim)
-          Dipan, Bantal, Kasur, dan Permadani di Surga
QS. Al – Waqi’ah: 15, 34
QS. Ath – Thur: 20
QS. Al – Ghasyiah: 15 – 16
-          Piala, Gelas, Cerek, dan Piring di Surga
QS. Az – Zukhruf: 71
QS. Al – Waqi’ah: 18
QS. Al – Insan: 15 – 16
-          Sungai – Sungai di Surga
QS. Muhammad: 15
QS. Ali – Imran: 136
QS. Al – Baqarah: 25
“Di dalam surga terdapat satu sungai yang bernama Rajab, airnya bersih, lebih putih daripada susu, dan rasanya lebih manis daripada madu. Siapa yang puasa satu hari di bulan Rajab, maka Allah akan memberikan minuman dari sungai itu. (HR. Bukhari dan Muslim)
-          Pakaian dan Perhiasan Penghuni Surga
QS. Al – Insan: 21
QS. Al – Kahfi: 31
QS. Fathir: 33
-          Makanan dan Minuman Penghuni Surga
QS. Ath – Thur: 22
QS. Al – Waqi’ah: 21
QS. Al – Insan: 17 – 18
QS. Ash – Shaffat: 45 – 47
-          Bidadari – Bidadari di Surga
QS. Ar – Rahman: 56 – 58, 70
QS. Al – Waqi’ah: 35 – 37, 22 – 23
-          Pasangan Para Penghuni Surga
QS. Ali – Imran: 15
QS. Al – Baqarah: 25
QS. Yasin: 56
-          Keluarga Penghuni Surga
QS. Ath – Thur: 21
-          Nikmat Teragung
Kemenangan dan kebahagiaan terbesar bagi para penghuni surga adalah berjumpa dengan Tuhannya.
QS. Al – Qiyamah: 22 – 23
“Jarir bin Abdullah berkata,’Kami bersama Rasulullah saw., lalu beliau melihat bulan purnama, belaiu bersabda, ‘Kamu akan melihat Tuhan kamu, sebagaimana kamu melihat bulan itu, tidak silau dan tidak pula keliru.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

TEGAR didalam DAKWAH by : Hajairin



Assalamualaikum warahmatullah wabarkatuh
          Alhamdulillah, wash-shalatu was-salamu ala Rasulullah wa ala alihi wa sahbihi wa man walah. Ashadu an la illaha illah wahduhu la syarikalahu wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa Rasulullah la nabyya ba’dah wa’ ba’du.
          Sesungguhnya dakwah adalah tugas yang aman mulia. Tugas warisan para nabi dan Rasul alaihimusalam. Allah menegaskan bahwa tidak ada perkataan yang lebih baik daripada menyeru kejalan Allah:
          “Siapakah yang lebih baik perkataanya daripada orang yang berdakwah kepada Allah, mengerjakan amal sholeh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Fushilat: 33)
          Orientasi dakwah para rasul adalah takwa. Setiap rasul mengajak kaumnya agar bertaqwa kepada Allah. Dakwah menuju ketaqwaan tentu saja akan mendapat sambutan, baik dari orang yang menjaga kesucian fitrahnya, yang menghormati akalnya,  yang mempertahankan eksistensi kemanusiaannya, dan yang lebih penting lagi dari orang-orang yang menyadari saipa dirinya, dari manadan hendak kemana. Hanya orang-orang seperti itulah yang akan mengenal Allah yang maha pencipta dan mahakuasa. Orang-orang sperti itu pulalah yang akan merncintai dan memperjuangkan kebenaran yang bersumber dari nilai-nilai Rabbaniyah.
          Tapi jangan lupa, kendati banyak orang yang menyambut dakwah pada ketaqwaan, banyak pula komunitas yang menentangnya bahkan Al Qur’an mengatakan bahwa “sebagian besar umat manusia tidak mengetahuinya.” (Yusuf: 40).
          Komunitas yang menentang dakwah akan berusaha terus menerus menggagalkan dengan segala macam cara, baik dengan cara yang halus maupun cara yang kasar. Baik dengan bujukan, rayuan, iming-iming dan segala macam kesenangan duniawi; maupun dengan ancaman, tekanan, siksaan, dan tindak kekerasan lainnya. Para aktivis yang teguh, tegar dan istiqomah akan tetap  tsabat: tak terbujuk oleh rayuan dan tak mundur oleh ancaman. Sikap itulah yang dicontohkan imam seorang aktivis dakwah, yaitu Rasulullah SAW.
          Bukankah beliau dengan tegas menjawab salah seorang Quraisy yang akan mengangkat belaiu jadi raja, atau dijadikan orang terkaya, atau menyuplai dengan wanita-wanita cantik asalkan bersedia menghentikan dakwahnya, tapi Rasulullah menjawab, “paman, demi  Allah. Kalaupun mereka meletakan matahari di tangan kananku dan melatakan rembulan ditangpkiriku,  dengan maksud supaya aku meninggalkan tugasku ini; sungguh tidak akan aku tinggalkan, biar nanti Allah yang akan membuktikan kemenangan itu ditanganku, atau aku binasa karenanya.” Itulah jawaban kontan yang memberikan peluang kepada musuh-musuh Allah untuk melakukan tawar-menawar (bargaining).
          Rasulullah SAW dan para sahabat R.a tidak pernah berhenti dan mundur dalam berdakwah karena mendapatkan tantangan dan hambatan. Bentuk tekanan, siksaan dan tindak kekerasan apalagi yang belum pernah dirasakan oleh Rasulullah dan para sahabat beliau? Tetapi mereka tetap tegar, konsisten, istiqomah, tsabat, karena itulah salah satu unsur kemenangan seperti yang di firmankan Allah subhanah wata’ ala “hai orang-orang yang beriman,  apabila kamu memerangi musuh,   maka berteguh hatilah kamu… (Al Anfal: 45).
          Sebelum menghadapi kendala eksternal seperti yang disebutkan diatas, seoarang aktivis harus sudah tuntas permasalahan internalnya, baik berupa persiapan pengetahuan dan wawasan yang baik, stamina fisik yang kuat, kekeuatan rohani yang baik, masalah keluarga, masalah ekonomi. Dan hal ini bisa berdampak dalam dakwah apabila hal ini saja belum selasai, bukankah faqidusy syai- la yu’tihi- orang yang berpunya tidak bisa memberi.
          Ayyuhal ihkwah wahai para aktivis dakwah, ditangan kitalah harapan islam diletakan. Harapan agar islam menampakan jati dirinya sebagai rahmat bagi semesta alam. Harapan agar islam menjadi kenyataan keseharian ditengah kehidupan masyarakat, tanpa ada fitnah dalam agama. Harapan agar islam memimpin peradaban. Untuk itulah dakwah terus kita lakukan, untuk itulah kebenaran terus kita perjuangkan, untuk itulah perjuangan senantiasa kita tunaikan. Hanya yang mampu tegar dijalan dakwah, akan dapat merasakan kenikmatan perjuangan. Berbagai hambatan dirasakan sebagai kenikmatan dalam beraktivitas, menambah dinamika pergerakan. Mereka tidak gentar menghadapi tantangan, sebab telah diyakini bahwa Allah akan menolong aktivis dijalannya. Bisa jadi mereka tak punya apa-apa, namun mereka paham bahwa mereka masih memiliki Allah dalam dada mereka.
          Hanya yang mampu yang mampu tegar dijalan dakwah, akan mendapat kemuliaan (izzah). Hanya mereka yang tegar dijalan dakwah yang memiliki optimisme dalam perjuangan, sesuatu yangamat mahal saat ini. Terlalu banyak kaum muslimin yang pesimis terhadap masa depannya sendiri. Ia tidak memahami bahwa masa depan pasti ditangan islam. Perasaan cemas dan serba khawatir akan senantiasa menghantui orang-orang yang terlibat dalam gerakan dakwah islam. Inilah saat yang tepat, untuk mengabadikan diri kita secara total kepada Allah dalam sebuah gerakan perjuangan mengemban misi-misi islam. Waktu akan terus berjalan, tanpa peduli, menggilas dan meninggalkan mereka yang masih suka bersantai menyibukan diri dalam kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat bagi kehidupan abadinya. Jadilah kader yang senantias jaga, tidak lalai dan lengah. Allah berfirman  ” laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagan dan tidak (pula) jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sholat, dan dari membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (An-Nur: 37)
          Saatnya telah tiba, memperbaiki persiapan-persiapan, kemudian melangkah secara pasti dimedan dakwah yang penuh tantangan. Raih masa depan yang gilang gemilang. Rajut peradaban yang berkilau cemerlang.
La tahzanu wala tahkafu. Innallaha ma’ana!
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar