Islamedia - Saat pertama kali belajar menyusun menu di mata kuliah Gizi
Dalam Daur Kehidupan(GDDK) sungguh dibuat kalang kabut bagaimana tidak harus
menyeimbangkan menu yg angka-angkanya nol koma dalam jumlah yg pas brp
karbohidrat protein lemaknya. Alhasil dibikin pusing begadang tiap malam sampai
mata kuyu. Ketakutan itu blm berakhir krn akan dibuktikan ketika nanti ujian
bakal menggarap soal yg sama, tp dalam waktu hanya 2 jam alias 120 menit.
Bukan namanya belajar, tiap pekan kami dijejali tugas yg
sama yaitu menyusun menu. Pekan pertama memang sangat ngosngosan selanjutnya
lama-lama mjd konsumsi wajib, bergelut dg yg namanya DKBM(Daftar Komposisi
Bahan Makanan).
Semester 2 kita br mendapat mata kuliah tsb, ternyata 4
semester berikutnya sdh menjadi konsumsi wajib makul-makul yg berisikan
menyusun menu. Sampai2 yg tidak begitu shabar pilihan akhirnya tidak milih
penjurusan untuk dietetik(dietition), tapi gizi masyarakat alias nutritionist.
Meski demikian tetap saja praktikum rumah sakit tdk bs
dihindarkan dari yg namanya susun menyusun menu. Hiks padahal di RS lebih harus
hati-hati karena pasiennya nyata, org sakit beneran. Bisa-bisa malpraktek kalo
salah ngasih preskripsi diet. Meski demikian kami tetap percaya diri karena apa?. kita sdh berlatih 4 semester
sebelumnya dan sudah biasa.
Begitulah dalam kenyataannya kita selalu merasa berat untuk
mengawali padahal jika sudah biasa akan terasa enteng bahkan dikatakan ahli(profesional).
Benarlah jika ada kata pepatah ala bisa krn biasa. Bisa itu soal waktu, bukan
melulu kecerdasan. Karena kecerdasan yg tdk diimbangi dg konsistensi perbuatan
juga bisa pudar.
Sama-sama berumus carbon, arang itu hitam tapi intan itu bs
jd perhiasan krn apa dibakar dalam tekanan bersuhu tinggi. Demikian juga besi
dan baja, baja lebih mengkilat dan kuat karena lebih banyak tempaan.
Membiasakan kebaikan awalnya sulit makanya harus usaha keras
untuk menerjang kesulitan itu. Diantaranya bergaul dg lingkungan atau
orang-orang yang baik. Secara tidak langsung kita akan dipaksa baik. Jika kita
tidak keluar dari jalan yang dituju insyaAllah menjadi seperti apa yang kita
citakan
Membiasakan diri membaca Al Quran tiap hari satu juz awalnya
susah tapi kalo niat kita kuat insyaAllah dimudahkan olehNya. Yang penting
biasakan dulu memegang dan membaca Al Quran tiap hari. Percayalah lama-lama ada
sesuatu yg hilang, ada perasaan yg tidak enak jika tidak membacanya meski hanya
selembar.
Jika sudah konsisten tingkatkan lagi target hariannya. Tak
terasa lama-lama biasa, bahkan bisa membaca lebih banyak.
Oh ya kita harus punya cita-cita yang lurus dan tinggi di
depan Misal "harus bisa hafal 30 juz" jd meskipun pd akhirnya blm
sampai hafal 30 juz setidaknya kita sdh bs membaca Al Qur an dg tahsin dan
Tartil. Karena modal yg harus dipenuhi untuk bisa hafal Al Qur an adalah bacaan
yg tahsin.
Bagaimana untuk bisa itu semua? Tentu belajar dan ikutlah
halaqoh Qur an, serta bershabar didalamnya.
Akhir kata teruslah memanah rembulan jikalau takpernah sampai, tapi pastikan anak panah
mengenai bintang.
*quote nostalgia kuliah dikampus putih(kesehatan) dilanjutkan di kampus Al Qur an:)
**salam takzim untuk seluruh dosen dan para asatidz asatidzah yg menginspirasi
Anindya Sugiyarto
Source : Islamedia